Sabtu, 11 Juli 2015

Terngiang Sebuah Masalalu

"TERNGIANG SEBUAH MASALALU"

Pagi ini awan mendung memperlihatkan dirinya, entah akan sampai kapan matahari menyembunyikan keceriaannya. Dia hendak terbangun dari tidurnya, tapi sangat sulit untuk melakukan itu. Rasanya sangat malas..
Seusai sarapan dia bergegas merapikan seluruh buku yang masih berserakan di atas kasur itu. Tak seperti biasanya, keceriaan sedikitpun tak tampak dari wajah cantiknya itu. Ia menyegerakan berpamitan kepada orangtuanya dan bergegas mengambil sepeda motor. Tak lama deru sepeda motor pun tak terdengar, sepertinya ia sengaja ingin cepat-cepat sampai ke sekolahnya.


Ciiiitttt… rem pun terinjak, “hampir saja” .. eluhnya.. “astaghfirullah”…
Seekor anjing yang menyeberang hampir saja tertabrak olehnya, karena tergesa-gesa, konsentrasinya seakan buyar, pagi itu benar-benar buruk dirasakannnya. Dilanjutkannya mengendarai dengan lebih lambat


Sampai di sekolah, ternyata jam masih menunjukkan pukul 7 lebih 15 menit. Hari ini hari Senin, pengurus OSIS sudah mulai mempersiapkan perlengkapan upacara. Upacara dimulai pukul 7.30. masih sekitar 15 menit lagi.. Dia berjalan menunduk dengan langkah kecil yang lambat. Masih saja desisan istighfar keluar dari bibirnya.
“Ifa!!! Tunggu…!!” teriak seorang perempuan dari arah belakang, seketika ia pun menoleh dan berhenti.
“ummi… ada apa? Liat tuh sampe keringetan muka kamu..” ucap Ifa
“enggak apa-apa..” umi pun cengengesan setelah berhasil lari sampai di samping Ifa. Mereka pun berjalan bersama sampai memasuki kelas, yaa mereka memang teman akrab satu kelas, bahkan satu bangku.


Aisyah nur assyifa. Ya.. orang-orang terbiasa memanggilnya dengan sebutan Ifa.. seorang perempuan yang manis, tinggi, putih, hidung mungil, serta lesung pipit kecil dalam yang membuatnya makin manis tatkala tersenyum.. diam-diam Mia terus memperhatikannya, Ifa yang sedang terduduk pun merasa kalau sedaritadi ada yang memperhatikan gelagatnya.
“hey, what’s wrong? What do you thing about me, Mia? Why you so seriusly looked at me?” ucap Ifa dengan kening mengerut
“jangan ngeluarin jurus dong Fa, kamu kan tau aku gak bisa bahasa inggris, malah kamu ngomong bahasa inggris… huahhh” balasnya
“bukan gak bisa, tapi, belum bisa sayang…” ifa pun tersenyum.. senyum yang sangat indah “aku dulu juga ngerasa kalau bahasa inggris sangat sulit, tapi bukan berarti kita gak bisa kan? I believe you can do it baby…” jelasnya
“iya deh.. Fa, ” Mia tersenyum


tettt.. tetttttt.. tetttt
Suara bel berbunyi 3 kali, pertanda upacara akan dimulai.. mia berdiri dari bangkunya, badannya yang agak lebih besar, menyulitkan Mia untuk keluar dari celah kecil antara meja dengan kursinya. Ifa segera membantunya untuk berdiri.


Upacara kali ini benar-benar mengasikkan.. cuaca yang bersahabat, mendung, tapi gak hujan, anginnya banyak… wahhh bisa ngebayangin kan…?
Upacara selesai, semua anak-anak meninggalkan lapangan untuk kembali ke kelas ataupun ke kantin. Seluruh bangku sudah terisi oleh siswa. Buku pelajaran pun sudah ada di meja masing-masing.. Ifa adalah siswi kelas X IPA 1, SMA terfavorit di provinsinya.. telah banyak perlombaan yang mereka menangkan, sehingga sekolah itu disegani oleh sekolah-sekolah lain..
Suasana kelas yang tadinya ramai dengan desis-desis obrolan murid seketika terdiam. Ibu Rima guru agama pun masuk.. ibu Rima terkenal sangat disegani dan dikagumi bagi mereka yang benar-benar berniat belajar agama dengan benar.. ilmu agamanya yang baik membuat tak sedikit murid mencemoohnya.. astaghfirullah…
Detak jantung Ifa seketika berdetak sangat cepat.. ia teringat bahwa materi saat ini adalah materi yang sangat sensitif untuknya..
“hari ini kita membahas materi zina” ucap ibu Rima
“Ifa.. coba jelaskan apa yang kamu tau tentang zina!” tutur bu Rima
“zina adalah segala perbuatan yang dilarang oleh agama, yang pelakunya perempuan dan laki-laki yang bukan mahromnya” jelas Ifa.
Bu Rima tersenyum.. banyak pertanyaan terlontarkan sebelum bu rima menjelaskan materi tersebut, ya itulah kebiasaan bu rima, sehingga beliau disegani.. semua jawaban murid pun dibenarkannya.. Ifa bukanlah yang nomer 1 di sekolahnya, bahkan dia juga bukan yang pertama di kelasnya.. masih banyak teman-teman lainnya yang sangat pintar..
“apa yang kita kerjakan di dunia ini akan mendapat balasan yang setimpal di akhirat kelak. Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah, maka akan dibalas, dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sebesar zarrah akan dibalas sebesar itu juga.. kita percaya, kita tahu bahwa zina adalah perbuatan yang berdosa besar.. tapi kenapa kita masih tetap melakukannnya? Naudzubillah… anak-anakku.. kalian tau hukuman untuk pezina?
Seperti dalam surah An-Nur ayat 2: pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman”
Mereka sudah tersakiti dengan cambukan kemudian masih akan bertambah rasa malu dilihat oleh orang-orang yang beriman, apa untungnya peritiwa tersebut dilihat? Agar mereka orang-orang yang beriman merasa takut, agar mereka tau bahwa itu perbuatan yang tidak baik.. agar mereka menjauhi perbuatan tersebut
Bu Rima pun menjelaskan panjang lebar hingga 3 jam pelajaran terasa cepat terlewati..
Ifa hanya terdiam… ya.. sebuah masa lalu.. masa lalu yang sebenarnya ingin dia lupakan, tapi dia tau, tak akan bisa masa lalu terlupakan, karena masa lalu adalah sebagian dari perjalanan hidup kita, masa lalu ketika masa-masa smp.. entah apa yang terfikirkan olehnya.. umur yang masih belia, seharusnya ia manfaatkan dengan baik.. Berpacaran pun sudah tidak ada dalam Islam, apalagi sampai dia melakukan perzinahan? Astaghfirullah ya Allah ampuni aku.. banyak-banyak dia beristighfar… sebuah perzinahan yang belum sampai pada level yang teratas, zina tangan, ya dia pernah berpegangan tangan… apalagi zina hati, mungkin sudah sering dia lakukan…
Astaghfirullahhh astaghfirullahhh astaghfirullah
Dia terus merenung..
Tiba-tiba sebuah makna surah pun terlintas, perempuan keji untuk laki-laki keji dan perempuan baik akan bersama laki-laki baik
Astaghfirullah ya Allah alangkah berdosanya aku kepadamu, alangkah durhakanya aku kepada orangtuaku, Ya Allah apakah aku tergolong perempuan keji?… astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullahhal’adziimmm
Ya Allah.. maafkan hambamu ini maafkan perjalanan hidup hamba maafkan kelakuan hamba dulu ya Allah.. maafkan hamba, ampuni hamba… ya Allah terima kasih engkau telah memberikan hamba hidayah, terimakasih ya Allah engkau telah menyadarkan hamba.. ya Allah ampuni hamba tolong tuntun hamba ke jalan mu yang benar… rintihnya dalam hati sehabis solat dzuhur di musola sekolah… tak bersuara memang tapi linangan air mata membasahi pipi mulusnya itu… hatinya terisak sesak rasanya…
Wulan dan mia pun hanya saling beradu pandang, mereka tak mengerti akan sikap sahabatnya itu.. tak biasanya dia seperti itu… memang sudah biasa dia berdoa lama sehabis solat, tapi tak sampai mengisak isak… hingga yang ada di musola hanya mereka bertiga karena lamanya Ifa terduduk berderaian air mata
Ifa menyadari bahwa ada sahabat-sahabatnya, ia segera menghapus bekas air matanya itu, ia tak ingin sahabat-sahabatnya tau apa yang terjadi.. langsung ia rapikan mukenanya
“fa.. kenapa?” tanya Mia… “iya kenapa?” lanjut Wulan,
“enggak…” Ifa pun hanya tersenyum, lalu bergegas keluar musola untuk memakai sepatu…


Tett tettt tetttt..
Hari ini sekolah menyepatkan jam pulang karena guru-guru akan mengadakan rapat siang ini. Jadwal jam biasa pulang pukul 2 siang, sekarang pukul setengah 1 pun sudah pulang…
“aku duluan ya Lan, Fa.. udah ditunggu ayah di depan gerbang,” ucap Mia..
“iya hati-hati..” jawab mereka
Aku, Wulan berjalan bersama menuju parkiran dimana motor kami berada.. Wulan adalah seorang perempuan cantik, baik hati, dan pintar, dia banyak mengajariku arti sebuah hidup, memberitahu bahwa benar “indah pada waktunya”. memberitahu tentang betapa indahnya kesucian.. andai aku bisa mengulang hidup.. aku ingin seperti Wulan, yang bersedih dahulu, tapi benar bersenang kemudian dan untuk selamanya.. ucap Ifa dalam hati..
“fa.. kenapa? Dari pelajaran bu Rima kamu diem aja?” tanya Wulan..
Ifa yang masih melamun pun tak mendengar..
“faa?” ulangnya
“ehh iya.. maaf,”
Ifa tersadar setelah menyandung sebuah batu yang lumayan besar, Wulan pun segera menolongnya, hingga Ifa tidak sampai terjatuh
“untung aja gak jatuh kamu, ngelamun kok sambil jalan,”
“ah bisa aja kamu, aku enggak apa-apa Lan..” jawab Ifa
Wulan, sahabat Ifa ini sedikit banyak memang tau masa lalunya dibanding Mia, Wulan yang agak pendiam, tapi dapat memberi pengertian…
“aku tau apa yang kamu fikirin Fa, Fa… kalau kamu benar-benar sudah tau itu salah… dan gak ngelakuin lagi, bahkan sekarang kamu sangat menjaga, aku yakin Allah pasti mengampuni kamu Fa.. yakin Fa, kamu harus yakin… jangan kamu fikirin masa lalu kamu terus-menerus, yang terpenting kamu harus memperbaikinya sekarang… seperti kertas putih yang pernah tercoret.. ketika dihapus, dia gak akan pernah bisa kembali putih sebersih yang dulu, tapi kalau kamu terus-menerus menambah coretannya, akan tambah jadi seperti apa kertas itu? Mungkin akan tak berwujud kertas lagi.. coba deh kamu fikir, kalau tidak ada masa lalu kamu, apa iya kamu bisa pastikan kamu akan seperti sekarang? Kamu bisa benar-benar sadar akan kesalahan-kesalahan kamu? Semua kejadian pasti ada hikmahnya Fa…
Kata-kata Wulan memang benar, terpuruk dalam masa lalu itu gak baik, tapi jangan serta merta melupakan, karena tanpa ada masa lalu, tak kan pernah ada masa depan…
Sekarang dan untuk selamanya aku akan bisa jaga diriku… jaga diri ini dari hawa nafsu yang tak seharusnya ku lakukan… desis Ifa dalam hati

ALLAH MAHA PENGAMPUN

selesai

DARI ADZAN HINGGA SHOLAT


Dari Adzan Hingga Sholat

Aku berjalan dengan peluh yang sudah bertumpuk di kening. Sambil sesekali megusapnya, aku  berjalan gontai menuju tempat duduk yang ada ditepi danau, pusat taman kota itu.
Di sekelilingku terlihat sepi, hanya ada tukang sapu taman yang sedang membersihkan dedaunan kering di pinggir danau. Lagi pula, siapa juga yang mau pergi ke taman di cuaca yang panasnya minta ampun seperti ini. Kecuali orang yang disuruh nganterin barang laundry-an tanpa kendaraan pribadi. Iya, itu aku!

“Panas banget! Matahari nyusahin aja sih. Harusnya udah enak gue tidur di kamar nyalain AC. Ga perlu keringetan bau begini”

Selagi aku mengibas-ngibas kerah bajuku, tukang sapu taman itu berjalan mendekat ke arahku. Setelah dekat, aku baru sadar bajunya tidak berseragam seperti tukang sapu jalan seperti biasanya.

“Permisi mas, saya sapu sekitar sini dulu ya”

“Ya, pak”

Aku menjawabnya singkat. Mengganggu saja, sih! Sudah tau panas begini bisa merambat ke emosi. Bisa-bisa emosiku terbakar juga.

Tapi, hebat juga bapak ini. Panas-panas gini masih semangat nyapunya.
Akhirnya kuputuskan untuk membuka suara.

“Pak, kok tahan sih panas begini tetep nyapu-nyapu?”

“Ah, ngga kok mas, ini biasa saja. Masih untung juga ada matahari, kalau tidak ada, wah ga kebayang deh! Makanya paling saya syukri saja”
“Iya sih ada matahari. Tapi panasnya begini, percuma juga. Yang ada bikin sakit!”
Bapak itu menyandarkan sapunya pada sebuah pohon dan berjalan ke arah tempat duduk di sebelahku.

“Saya numpang duduk ya, mas”

Aku menggeser posisi dudukku sehingga memberinya sedikit ruang lebih. Terdengar kembali suara di sampingku.

“Saya bersyukur mas setiap pagi, ketika saya menyibak tirai rumah saya, saya melihat cahaya. Cahaya yang di pancarkan sang mentari sebagai isyarat dimulainya kehidupan di hari yang baru. Karena Allah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, temasuk matahari, yang disebut-sebut sebagai sumber kehidupan. Allah memang memiliki sifat Al-Muhyii, mas. Yang maha memberi kehidupan.”

Loh loh kenapa dia jadi berceramah begini. Tidak tau orang sedang capek dan kepanasan apa! Sudahlah aku pura-pura tidur saja. Aku memejamkan mataku dan kembali kudengar suara di sampingku.

Yaampun!!

“Saya senang deh mas melihat taman kota dari tempat duduk ini. Dari sini, kita bisa lihat segala penjuru dari ujung sana, sampai ujung sana.”  *Tangan bapak itu menunjuk sudut-sudut taman kota yang indah. “Disini saya bisa lihat berbagai macam tumbuhan, hewan, dan keindahan alam lain. Ada kupu-kupu yang sedang menghisap madu, kelinci-kelinci yang sengaja dilepas pemiliknya disini, hingga burung-burung yang berebut minum di wastafel sebelah sana. Allah memang maha pencipta ya, mas. Indah sekali ciptaan-ciptaannya.”

Ntah sampai bapak ini terus berceloteh. Terserah deh, aku mau tidur beneran saja.

Tiba-tiba bapak itu terkekeh. Aku membuka sebelah mataku untuk melihatnya. Dan aku tak bisa manahan mulutku ketika bertanya

“Kenapa pak?”

“Oh ngga mas. Ini saya jadi teringat minggu kemarin saya hampir di kroyok pengunjung taman kota ini.”

Mataku terbuka sepenuhnya. Sambil mengangkat alis, aku bertanya

“Loh emangnya bapak melakukan apa?”

“Saya sedang menyapu dedaunan kering disana, ketika saya menemukan sebuah dompet. Ketika saya memungutnya, ada segerombolan yang terlihat sedang berlari dan ketika mata mereka tertuju pada dompet yang saya pegang, sedetik kemudian tubuh saya diangkat dan ingin dihajar.”

“Waduh, terus gimana pak?”

“untunglah mbak-mbak yang punya dompet langsung membantah bahwa saya bukan pencurinya, setelah melihat kalau isi dompet itu masi utuh kerumunan itu segera meminta maaf dan membubarkan diri. Sepertinya pencopetnya tidak sempat mengambil apa-apa karena panik.”

“Wah, bagus ya pak. Untuk bapak baik-baik saja.”

“Iya, mas, alhamdulillah. Allah memang Al Mu’min. Maha pemberi rasa aman.”

“Bapak sudah berapa lama kerja disini?”

“eh, hm... kalo kerja disini sih sudah 5 tahunan, mas..”

“Ga berniat cari kerja lain?”

“Saya suka mas kerja disini, mengelola taman ini. Saya suka membersihkannya, merawatnya, agar pengunjung disini merasa aman, nyaman, dan senang. Saya senang melihat wajah-wajah para pengunjung yang ceria. Saya pikir kalau saya bisa membuat mereka bahagia dengan membersihkan taman ini, saya bisa mendapatkan kebahagiaan juga. Karena Allah kan Al-Muntaqim, maha pemberi balasan.”

Aku tak mengerti dengan kata-kata bahasa arab yang dilontarkan oleh bapak ini sedari tadi.

“Sebenarnya apa itu kata-kata yang sedari tadi bapak ucapkan?”

“Yang sedari tadi saya ucapkan adalah asmaul husna, nama-nama Allah yang baik. Jumlahnya ada 99. Yang saya sebut tadi hanya sedikit bagian kecil diantaranya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadist
“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari, no.2736, Muslim, no.2677 dan Ahmad, no.7493)
99 nama Allah yang menuntun kita ke dalam surga-Nya apabila kita  menghafalnya, merenungkan maknanya, dan mengamalkan kandungan maknanya. Tujuan akhir dari kehidupan kita ini adalah alam yang kekal yaitu surga atau neraka. Seluruh umat muslim pastinya mengharapkan surga, sebagai alam yang kekal, untuk kehidupan yang kekal pula nantinya. Dan 99 nama Allah ini dapat membantu kita dalam mencapai tujuan akhir kita, umat muslim di seluruh penjuru dunia. Termasuk saya dan kamu, kan?”

“ehm, ntahlah, pak. Saya tidak yakin. Selama ini saya tidak berperilaku seperti umat muslim. Saya masih lalai dalam sholat, meninggalkan puasa, masa bodo dengan agama yang selama ini saya pegang. Saya takut Allah tidak bisa menerima saya.”

Adzan ashar berkumandang cukup keras. Sepertinya dari masjid sekitar sini. Bapak itu berbicara

“Mari, kita ke masjid. Sudah adzan.”

Selama perjalanan, kami diam membisu.

Setelah sekian lama aku tak menyentuh kopeah, aku kembali  menyentuhnya, memakainya, di shaff paling depan di sebuah masjid megah berimamkan bapak tukang sapu yang telah mengganti bajunya 
 dengan baju koko rapih, tampan, dan terlihat lebih muda daripada di taman tadi.

Dan mereka menyebutnya bapak Ir. H. Ahmad Surya. Seorang pengelola taman kota yang sangat maju, dan pendiri masjid megah ini diatas tanah wakafnya sendiri.

Selesainya sholat, dzikir, dan berdoa, pak Ahmad mengajak saya untuk melanjutkan obrolan tadi diundakan tangga bagian belakang masjid.

Aku tidak tahan ingin menanyakannya.

“Pak, kenapa bapak tidak bilang kalau bapak pengelola taman kota itu, bukan hanya sekedar tukang sapu?”

“Memangnya kenapa dengan tukang sapu? Tukang sapu pekerjaan halal kok, mas.”

“Tapi pengelola taman jauh lebih kaya..”

“Itu Allah mas. Allah yang maha kaya, Al-Ghaniyy.”

Aku terdiam.

“Lanjutin omongan mas yang tadi, omong-omong, mas bisa coba untuk bertaubat.”

“Allah tidak mungkin menerima saya, saya sudah kotor seperti ini.”

“Mas tidak boleh bilang seperti itu. Allah maha pemaaf, pengampun, penerima taubat. Allah tidak memandang siapa yang bertaubat tapi Allah melihat kesungguhan orang tersebut. Jika mas ingin sungguh-sungguh bertaubat, niatkan dalam hati mas. Karna sesungguhnya Allah maha adil.”

“kira-kira kapan saya bisa bertaubat?”

“Durasi hidup bagaikan jarak dari waktu adzan ke sholat. Ketika lahir, kita diadzankan. Ketika meninggal, kita di sholatkan. Mas ingat selang waktu antara adzan dan sholat? Sering kali kita merasa terlalu cepat sehingga kita ketinggalan sholat berjamaah.  Kebayang betapa singkatnya kan, mas? Kita pun tidak tahu kapan dan dimana kita mati, apa dan bagaimana bisa terjadi. Oleh karena itu, semuanya harus dipersiapkan dari detik ini juga. Agar tak ada penyesalan di kemudian hari. Mas pasti bisa jadi lebih baik. Mas pasti bisa menggapai tujuan akhir mas....”
Aku terenyuh dan dari ba’da ashar hingga habis nafasku, kupakai  waktuku untuk menebus semua dosa-dosaku.

THE POWER OF ASMAUL HUSNA ALLAHUAKBAR!!